1 CM

“Fera bangun.. udah siang nak, nanti kamu terlambat ke sekolah!”, suara yang tedenngar samar-samar hinggap di telingaku. Aku setengah sadar, sulit sekali untuk bangun. Aku sudah terbiasa bangun siang ketika libur sekolah, dan kemarin adalah hari libur terakhirku.
Kini aku harus bangun lebih pagi, walaupun aku tahu hari ini tidak akan ada pembelajaran di sekolah karena belum adanya jadwal baru. Mungkin kegiatan belajar mengajar akan normal dua hari setelah masuk sekolah.

Kupaksakan badanku yang sedikit lemah ini untuk beranjak dari tempat tidur dan berusaha untuk merasakan dinginnya air di pagi hari. Ibu sedang memasak nasi goreng untukku sarapan. Aku mengambil handuk yang sudah disediakan ibu di belakang pintu kamarku yang tergantung. Ah… rasanya malas sekali untuk mandi, apalagi berangkat ke sekolah. Ya beginilah kalau kebiasaan bangun siang waktu libur.

Setelah selesai menyantap nasi goreng buatan ibu yang enak, aku pun kembali ke kamar untuk menyemprotkan parfum ke bajuku. Aku tidak terbiasa jika ke sekolah tanpa parfum, aku tidak biasa kotor atau bau. Terkadang aku pun selalu membawa parfum ke sekolah, terutama saat pelajaran olahraga.

Aku datang ke sekolah seorang diri, dan sampai di sekolah pun seorang diri. Tidak biasanya sekolah sepi, apa aku berangkat terlalu pagi? Ah sepertinya tidak, ini kan sudah waktunya satpam stand by di depan gerbang. Tapi kok belum ada siapa-siapa ya, apa mungkin semua orang juga sama sepertiku; malas bangun karena sudah terbiasa bangun siang saat libur sekolah. Sampai-sampai satpam sekolah pun belum datang. Ya sudahlah aku masuk ke sekolah lebih dulu sendirian, toh gerbangnya juga tidak dikunci.

Aku merasakan hal yang sangat aneh di sekolahku ini, suasana disana saat itu sangat menyeramkan. Semua kelas sangat kotor dan tidak terurus. Sangat buruk sekali kinerja dari pembersih sekolah. Seharusnya mereka wajib membersihkan sekolah sebelum semua muridnya masuk kembali. Dasar pemakan gaji buta!.

Yang paling menyeramkan lagi ketika aku hendak ke kamar mandi untuk membuang air kecil, banyak sekali jejak-jejak kaki yang berlumuran darah. Warnanya merah tua kehitam-hitaman, aku mencoba untuk mencium bau itu. Ternyata cairan itu benar-benar darah, dan ternyata darah itu masih segar. Aku benar-benar heran dan ketakutan. Apa yang terjadi sebenarnya pada sekolahku ini, apa ada yang ingin mengerjaiku? Padahal ulang tahunku ‘kan masih lama, dan orang aneh mana yang mengerjaiku seperti ini? Ah pikiranku kacau, apa yang harus aku lakukan. Kembali pulang ke rumah atau aku tetap berada di sekolah ini menunggu teman-temanku?

Aku memutuskan untuk berdiam diri di kelas sampai semua temanku datang. Di kelas banyak sekali coretan-coretan dinding yang menyeramkan. Aku tidak berani membacanya, tulisan-tulisan itu dibuat dengan darah. Astaga, apalagi ini? Aku juga melihat semua bangku, meja guru, dan papan tulis terlihat sangat tua. Kemana semua orang? Aku takut, aku sendiri disini. Aku merasakan seperti tidak ada siapa-siapa di dunia ini. Semuanya begitu sepi. Tenang, aku harus tenang, ini mungkin halusinaku. Halusinasi? Ah tidak mungkin, ini nyata!.

Setengah jam aku menunggu teman-temanku, namun mereka sama sekali tidak kunjung datang. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku berusaha menutup mataku, aku tidak ingin melihat keseraman-keseraman yang ada di sekolah anehku ini.

Aku berusaha untuk keluar dari kelas ini, tapi terlambat. Ada yang mengunciku dari luar. Aku berusaha mendobrak pintu, namun gagal. Tenagaku tidak cukup kuat untuk bisa mendobrak pintu kelas itu. Beberapa detik kemudian aku tersadar, bahwa diluar sudah ada orang. Apa itu temanku? Kalau dia temanku mengapa dia mengunciku di dalam? Apa salahku? Mengapa dia tidak masuk ke dalam dan menemaniku atau membantuku?

Ah sial, ada suara orang tertawa menyeramkan di ruangan ini. Aku merasakannya, tidak mungkin suara itu dari luar. Keringat mengucur deras di sekujur tubuhku, bajuku basah. Padahal matahari belum naik, tetapi tubuhku sudah seperti terguyur air. Sial, apakah orang yang ada di ruangan ini yang mengunciku. Aku terkepung, apakah aku akan dibunuh? Banyak sekali darah-darah yang mengalir di ruangan ini. Apakah aku akan menjadi korban darah selanjutnya? Ah jangan, aku masih ingin hidup. Aku tidak ingin mati.

Sesosok lelaki berjubah hitam keluar dari kolong bangku, aku gemetar, aku tidak bisa berlari seolah-olah ada yang menahanku. Lelaki menyeramkan itu mendekat ke arahku, oh riwayatku sepertinya akan segera berakhir. Dia membawa pisau yang terlihat begitu tajam, ia akan menusuk dan membunuhku. Dia semakin dekat dan mendekat lebih dekat lagi. Dan sekarang dia berada tepat di depan mataku, sekitar 1 cm. Dan dia terus menatapku sambil memegang pisau itu bersiap untuk membunuhku. Dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku saat itu.

Tamat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *