Hujan semakin lebat, sementara ayah dan ibu belum pulang. Hari pun semakin malam, aku sendirian di rumah tak ada yang menemani. Suasana semakin mencekam tatkala guntur semakin menyerang rumahku. Ku mencoba menelepon ayah dan ibu namun tak bisa karena sama sekali tidak ada signal di handphoneku. Tak lama kemudian lampu rumahku mati, keadaan rumahku sangat gelap. Hanya ada cahaya kilatan saja dari luar, aku semakin ketakutan dengan suasana ini.
Jam baru menunjukan pukul 7 malam, aku mencoba untuk mengunci semua pintu karena tak mau ada orang yang menyusup ke rumahku. Mungkin ayah dan ibu akan pulang besok pagi mengingat cuaca yang tidak menentukan untuk pulang ke rumah. Aku mencoba melawan rasa takutku walaupun sedang mati lampu. Setelah mengunci semua pintu aku segera pergi ke kamarku yang ada di atas.
Jendela di kamarku ternyata masih terbuka, banyak sekali air hujan yang masuk ke kamar melalui jendelaku. Aku segera menutup jendela lalu menguncinya rapat-rapat. Dan sekarang aku berada di tempat yang sangat gelap. Tetapi aku mempunyai senter untuk menerangi kamarku agar tidak terlalu gelap. Aku tidak bisa tidur jika dalam keadaan gelap. Sebenarnya aku belum membersihkan badanku sedari tadi sore setelah selesai bermain, tapi udaranya begitu dingin jadi aku memutuskan untuk tidak mandi terlebih dahulu mengingat lampu juga masih padam. Aku tak peduli jika tubuhku terasa gatal, lebih baik aku istirahat dulu di kamar sampai lampu kembali menyala.
Aku mencoba memeriksa ponselku. Agar tidak terlalu bosan dan takut, aku pun bermain game di ponselku itu. Hujan diluar masih deras, dan lampu masih padam. Aku berharap lampu akan segera menyala agar aku bisa membersihkan badanku yang terasa gerah ini. Ketika aku sedang asyik bermain game, tiba-tiba terdengar suara benda yang jatuh tidak jauh dari kamarku. Ah, membuatku takut saja. Tapi aku berasumsi jika yang menjatuhkan benda itu hanyalah tikus karena sudah terbiasa, tetapi jika bukan tikus mungkin benda itu terjatuh karena angin yang kencang dari luar. Aku mencoba untuk menenangkan diriku, jangan sampai aku terlalu takut. Walaupun badanku bergetar tak karuan, aku mencoba untuk tenang dan sabar menunggu lampu menyala kembali.
Sudah hampir jam sembilan malam lampu masih juga belum menyala namun hujan sudah semakin kecil. Yang terdengar diluar hanya suara gerimis tidak seperti tadi suara hujan yang begitu kencang menerjang atap rumahku. Badanku semakin terasa tidak karuan, banyak sekali keringat mengucur di badanku. Batu ponselku akan semakin habis, dan senterku pun semakin meredup. Aku tidak bisa terus-terus menunggu sampai lampu menyala, aku harus pergi ke kamar mandi untuk mandi karena badanku sudah terasa gatal.
Untuk menerangi kamar mandi aku pun mencari lilin, semoga saja di rumahku ini tersimpan lilin. Dan benar saja, di kamar orangtuaku masih ada lilin. Aku pun pergi ke dapur untuk mengambil korek api untuk menyalakan lilinnya. Setelah itu aku segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang sudah terasa gerah ini.
Saat aku hendak membersihkan badan di kamar mandi, aku seperti mendengar suara langkah kaki seseorang. Tapi siapa? Ah mungkin itu hanya halusinasiku saja, mana mungkin ada suara langkah kaki, sementara hanya aku saja yang ada di rumah ini. Aku pun kembali melanjutkan untuk membersihkan badanku dan menghiraukan suara langkah kaki tadi.
Ketika aku selesai mandi dan akan keluar dari kamar mandi, lampu pun kembali menyala. Akhirnya menyala juga setelah hampir lima jam aku menunggu ini. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, aku merasa lapar. Setelah selesai memakai baju aku langsung memeriksa kulkas siapa tahu masih ada makanan yang tersisa. Di kulkas hanya ada mie instan, tak apa yang penting aku bisa meringankan rasa laparku ini. Memasak mie adalah hal yang paling aku bisa ketimbang harus membuat makanan lainnya.
Aku kembali mendengar suara aneh lagi ketika sedang memasak mie instan, dan kini suara itu ada di lantai atas. Suara itu seperti seseorang yang sedang menutup pintu. Apakah tikus bisa melakukan hal itu? Tidak mungkin, pasti ada yang tidak beres di atas. Aku mencoba memeriksa apa yang terjadi di lantai atas. Ketika tiba di atas aku tidak menemukan hal yang aneh sama sekali, tidak ada orang dan tidak mungkin juga bisa ada orang di rumah ini selain aku.
Aku pun kembali ke bawah untuk mengambil mie, aku sudah sangat merasa lapar. Aku menyantap mie sambil menonton televisi. Tak ada acara yang seru, aku pun mematikan televisi dan segera menyimpan mangkuk bekas mie instan ke dapur. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, rasa kantuk mulai melandaku. Aku pun tertidur di depan televisi.
Sekitar jam setengah satu malam aku terbangun, aku merasa ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku rasa itu hanyalah mimpi, tapi aku merasakannya dengan nyata. Aku mencoba untuk membuka pintu kamarku namun tidak ada siapa-siapa di luar. Setelah itu aku tidak bisa kembali tertidur karena aku mulai merasakan ada yang aneh di rumahku ini, aku semakin merasa takut. Tidak mungkin kalau aku menyusul kedua orangtuaku ke rumah kerabatnya, karena hari sudah tengah malam.
Tak lama kemudian kembali terdengar suara, kali ini suaranya sangat jelas. Ada yang menyalakan televisi di ruang tamu. Aku tidak berani untuk memeriksanya, aku tidak tahu yang menyalakan televisi itu adalah penjahat yang menyusp masuk ke rumahku atau hantu yang melakukannya. Aku tidak percaya hantu, namun jika yang melakukannya benar-benar hantu bagaimana? Aku mencoba untuk mengintip dari balik pintu kamarku, dan aku benar-benar melihat ada seseorang yang melangkah menuju kamarku. Dia bukan hantu, tapi dia adalah manusia sepertiku. Kenapa orang itu bisa ada di rumahku? Sementara semua pintu di rumahku sudah aku kunci rapat-rapat ketika aku baru pulang dari bermain tadi sore. Ah, aku harus mengunci kamarku ini kalau tidak dia bisa masuk ke kamarku dan membunuhku.
Aku sama sekali tidak menyangka orang itu bisa tahu rumahku disini. Padahal tadi aku berlari sekencang mungkin untuk menghindarinya. Aku tidak berniat untuk mengerjainya ketika tadi aku sedang bermain bola. Habisnya dia ingin mengambil bolaku lalu memakannya, dia pikir itu adalah makanan. Aku hanya mendorongnya, tapi dia berusaha mengejarku sampai ke rumah. Ketika sampai rumah dengan baju yang basah kuyup akibat terkena hujan aku langsung mengunci rumahku rapat-rapat. Tetapi aku lupa mengunci jendela kamarku. Ternyata dia sangat nekat naik ke atas dan masuk ke rumahku melalui jendela kamarku di lantai atas. Dasar orang gila yang nekat. Aku harus diam di kamar sampai orangtuaku pulang dan mengusir orang gila itu.
Aku tidak akan bermain bola lagi di dekat rumah kosong itu, aku tidak mau lagi dikejar-kejar orang gila itu. Aku sudah kapok ikut bermain bola bersama teman-teman di tempat tak terurus itu.
Tamat
Leave a Reply