Masa Lalu Berdarah

“Selamat datang di rumahku!” kata seorang wanita yang duduk sambil minum teh.
“Terima kasih nyonya. Jadi hari ini saya sudah mulai bekerja?” Asih meletakan barang bawaannya di lantai.
Pemilik rumah itu bernama Rossa. Rossa telah cukup lama ditinggal mati oleh suami dan anaknya. Sudah bertahun-tahun ia menghabiskan masa hidupnya di rumah hasil warisan suaminya.
“Kamu sudah boleh bekerja. Disanalah kamarmu.” Rossa mengantarkan Asih ke depan kamarnya.
“Silahkan kamu istirahat dulu. Nanti jam 4 sore, barulah kau mulai bekerja.”
Asih mengangguk sambil tersenyum, “Terima kasih Nyonya.” Lalu menutup pintu kamar dan merapikan pakaian yang ada di dalam koper.

Rossa melangkah pergi dan duduk di atas kursi, melanjutkan kegiatannya. Di penghujung siang, ia biasa menjahit sehelai kain untuk dijadikan mantel. Di usianya saat ini, ia masih bisa melakukan beberapa hal yang bisa ia kerjakan sendiri. Soal mempekerjakan Asih hanya untuk berjaga-jaga jika terjadi apa-apa dengannya.

Di dalam kamar barunya, terlihat Asih berlamun indah. Kemudian pikirannya menjadi kacau. tentang bayang kelamnya dulu. Ia berusaha membuang semuanya. Namun sulit. Seperti ada sesuatu yang memaksanya.
“Aa.. argh!”, Asih berusaha menahan tubuhnya yang perlahan jatuh. Di matanya terbayang sosok laki-laki yang samar. Merasa tak kuat, Asih pun merobohkan tubuhnya di atas ranjang.

Sorenya, Asih mulai membersihkan tiap sudut rumah Rossa, “Berdebu sekali…”
“Memang ruangan ini sudah lama tak dibuka, apalagi dibersihkan. Semenjak anakku meninggal.” Kata Rossa yang tiba-tiba muncul.
“Maafkan saya bu, saya…” kata Asih yang merasa bersalah.
“Tidak perlu minta maaf. Lagipula, apa salahmu? Kamar ini menjadi saksi bisu atas perampokan yang terjadi beberapa tahun lalu.” Air mata Rossa menetes.
Asih benar-benar membuat majikannya bersedih. Tapi, ia sudah mulai tenang karena Rossa memaafkannya.

“Kalau begitu saya lanjut kerja dulu Bu.”
“Kamu tak ingin aku melanjutkan kisahnya?” tanya Rossa.
Asih menggeleng pelan dan berkata, “Saya mau, tapi bukan sekarang. Rumah Ibu belum semuanya kubersihkan. Izinkan saya untuk melanjutkannya.”
“baiklah.” Kata Rossa, “permisi.” Tambah Asih.

Rossa terduduk di atas ranjang anaknya. Asih sesekali melirik. terlihat Rossa yang mengambil boneka kayu milik anaknya dan menyisiri rambutnya perlahan. Asih yang melihat itu, heran dengan sikap Tuannya.

Tiba-tiba, bulu kuduk Asih berdiri. Benar saja, seketika boneka itu berubah menjadi sosok anak laki-laki yang menatap tajam Asih. ia pun ketakutan dan berteriak keluar dari kamar itu.
Rossa yang mendengar teriakan Asih, langsung menghampirinya dan membawa Asih tuk duduk sambil melanjutkan yang belum sempat diselesaikannya.

“Asih tenanglah. Baiklah, aku akan melanjutkan ceritaku tadi. Dengarkan baik-baik.”
Asih mengangguk, masih dalam keadaan takut. Ia pun berusaha tenang dan mendengarkan cerita majikannya.

“Jadi begini, beberapa tahun lalu, rumah kami dirampok oleh sekumpulan orang. Dan pada saat itu, kami sedang berada di kamar anakku. Tiba-tiba kumpulan orang yang tak diinginkan masuk dan membunuh suami serta anakku, aku pun tak tinggal diam. kau tahu apa yang terjadi berikutnya?” Asih menggeleng, kepalanya terasa pusing seketika.
“Mereka juga mati, tapi ada satu orang yang berhasil lolos dengan membunuh semua orang yang ada di rumah itu.”
“kepalaku.. pusing. Bu, sebentar!” Kata Asih sembari memegang kepalanya.

“Aku, mengingatnya!” tambah Asih. Air matanya menetes.
“jadi kau sudah mengingatnya?” Rossa berdiri dan mendekati Asih. Ia kaget melihat majikannya itu sudah membawa sebilah pisau.
“Bu, jadi.. jangan Bu, jangan!”
“Ini akibat perbuatanmu Asih. Sekarang, lengkap sudah orang-orang di masa itu.” Kata Rossa sambil menatap ke bawah

Tamat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *