Merin

Malam jum’at biasa disebut malam “sunnah” bagi orang yang sudah menikah, hmmm entah apa maksudnya.. (pura-pura tidak mengerti).. Semua orang dewasa pasti mengerti.. Dan bagiku malam jum’at adalah waktu untuk menonton pertandingan sepak bola, karena kebetulan untuk tahun ini, Arsenal alias klub favoritku mengikuti liga malam jum’at heu.. Sudah 4 malam jum’at terakhir aku mengikuti nonton bareng di salah satu kafe di daerah kota, wiiih kerreeenn.. (soalnya bayarnya cuma 10.000).

Karena daerah tempatku tinggal berada di pinggiran alias di daerah perkampungan, maka perjalanan menuju cafe menempuh waktu satu jam.

Malam jum’at sekitar pukul 23.30, aku bersiap untuk berangkat menuju tempat nobar, dikarenakan pertandingan akan berlangsung pukul 1dini hari. Itu adalah rutinitas yang sering aku lakukan akhir-akhir ini. Entah kenapa selama ini aku merasa tidak takut pergi tengah malam sendirian, yaa mungkin karena aku terlalu fokus untuk menonton pertandingan. Aku pun berangkat…

Setelah setengah perjalanan, tiba-tiba motorku mati.. Sial, bensinnya habis. Saat aku menengok ke kanan dan kiri, ternyata daerah ini begitu sepi, dan seingatku di daerah ini tidak ada yang jual bensin, apalagi ini sudah larut malam. Samar-samar aku melihat sebuah pos ronda yang tidak jauh dari tempat motorku mati, aku kemudian menuntun motorku menuju pos ronda itu. Aku terduduk sendiri di pos ronda yang sepi itu, waktu menunjukkan pukul 23.30, ‘ngeri juga’, pikirku dalam hati.

Kemudian aku mengirim pesan di grup chat ‘fansclub arsenal’, aku memberi tahu bahwa aku kehabisan bensin saat akan berangkat nobar dan tengah terdampar di daerah sepi.. Tak lama kemudian ada salah seorang teman yang membalas pesanku, bahwa dia akan segera menemuiku dan membawa bensin..
“alhamdulillah…”, ucapku lega.

Saat aku sedang memainkan hp, tiba-tiba ada seseorang yang bertanya padaku,
“lagi ngapain sendirian disini?”,
Sontak aku kaget, apalagi tiba-tiba di dekatku tengah berdiri seorang perempuan,
“aaaaaaaaaaaa…”, teriakku saat melihat si perempuan yang diperkirakan seumuran denganku.
“aaaaaaaaaaaa…”, teriak si perempuan yang tak kalah kaget.
“ka.. kamu siapa?”, tanyaku gemeteran,
“ih kamu ngagetin aku aja”, ucap perempuan itu sambil memukul bahuku,
“aku kira kamu hantu”, ucapku,
“hah? Hantu? Hahahah”, tanya si perempuan sambil tertawa

“kenalin, namaku Putri, tapi panggil aku Merin aja ya hehe”, lanjutnya ramah,
“aneh banget, nama putri kok minta dipanggil Merin”, balasku, “aku Mamat panggil aja Mathiew..”, lanjutku.
“huh gaya-gaya’an nama Mamat pengen dipanggil Mathiew hehe”, ucap perempuan yang ingin dipanggil Merin itu,

“btw kamu lagi ngapain disini?”, lanjut Merin bertanya.
“aku mau nonton bola, tapi bensin motorku habis..”, jawabku,
“duh kasiaan deh kamu”, ledek Merin.

Setelah kulihat-lihat, aku seperti pernah melihat wajah Merin, seperti tidak asing bagiku, cantik sih hehe… Aku teringat sesuatu, kemudian aku menengok ke bawah.
“kamu kenapa?”, tanya Merin heran,
“ah tidak apa-apa”, jawabku berusaha tenang,
“eh kamu ngapain malam-malam diluar?”, tanyaku kemudian,
“biarin aja lah, tidak ada yang peduli ini sama aku”, jawab Merin, wajahnya terlihat murung.
“maksud kamu?”, tanyaku lagi,
“hmmm orangtuaku terlalu sibuk dengan kerjaan mereka”, jawabnya, kemudian dia duduk di sampingku
Aku terdiam karena merasa tidak dapat membantu meringankan masalahnya, ‘ternyata Merin adalah seorang anak broken home, pantessan..’, pikirku

“orangtua kamu pasti perhatian ya sama kamu?”, tanya Merin,
“hmmm.. Lumayan, tapi kadang aku merasa risih”, jawabku terus terang,
“KENAPA???”, tanya Merin dengan nada meninggi,
“eh.. ya begitulah, masa tiap aku mau keluar harus izin dulu.. atau saat aku sedang nongkrong sama teman-teman aku selalu ditelepon, ditanyain lagi dimana? Ngapain? Udah sholat apa belum? Jangan keluyuran, jangan ini lah, jangan itu lah.. Terus, selalu nanya aku berteman dengan siapa? Hati-hati harus pilih-pilih kalau cari teman.. kan aku jadi risih.. Ini juga aku keluar karena orang rumah sudah pada tidur”, jawabku menjelaskan, entah kenapa aku jadi terbawa suasana.
“hmmm.. Aku malah menginginkan perhatian seperti itu”, ucap Merin tersenyum, tetapi air mata mengalir di pipinya.
“kok nangis?”, tanyaku,

“orangtuaku terlalu sibuk bekerja, sejak kecil aku dirawat oleh bibi pembantu, hanya bibi yang sayang dan peduli padaku, bahkan bibi lah yang selalu hadir saat ada kumpulan orangtua di sekolah.. Mungkin Orangtuaku merasa tidak punya anak, Aku mau ngapain pun mereka tidak peduli, bahkan saat aku meminta pendapat mereka tentang kuliah, mereka mengabaikanku, aku merasa tidak pernah dianggap oleh mereka”, jelas Merin panjang lebar,
“hmm mungkin mereka sibuk bekerja untuk membahagiakan kamu”, ucapku, eh.. Sepertinya aku salah ucap nih,
“TIDAK ADA YANG SEPERTI ITU!!!”, Bentak Merin padaku, “jika memang ingin membuatku bahagia, harusnya mereka memperhatikanku”, lanjutnya kemudian,
“eh iya maaf, aku salah ngomong”, ucapku meminta maaf,
“iya tidak apa-apa, duh maaf aku jadi curhat nih hehe”, ucap Merin sambil menyeka air matanya,
“hmmm santai aja, aku kan juga curhat hehe”, balasku,

“pokoknya kamu beruntung punya orangtua yang perhatian, harusnya kamu bahagia dan tidak perlu merasa risih”, saran Merin padaku,
“hmmm iya, aku baru menyadarinya”, balasku sambil menganggukkan kepala, “aku berdo’a mudah-mudahan suatu hari nanti orangtua kamu bisa perhatian padamu”, lanjutku,
“hmmm… Sudah terlambat”, racau Merin yang terdengar samar,
“apa?”, tanyaku,
“hmm tidak, terima kasih Mamat… Eh Mathiew, karena kamu sudah mau dengerin curhatanku”, ucap Merin, raut wajahnya terlihat sedikit senang,
“sama-sama Merin”, balasku,

“aku pulang dulu yaa”, pamit Merin padaku,
“iya hati-hati”, balasku,
Merin kemudian berdiri dan berkata,
“oh iya, ada satu hal yang harus kamu tahu, sebenarnya aku sudah meninggal kemarin malam, aku gantung diri karena merasa frustasi dengan kelakuan orangtuaku, sekali lagi terima kasih banyak Mathiew.. Sudah kubilang tadi, nama asliku adalah Putri, Merin adalah nama panggilanku, Merin adalah singkatan dari Meninggal kemarin hihihi..”,
Aku menarik nafas panjang dan membuangnya, aku merasa lega,

“putri, Aku tahu siapa kamu sebenarnya, aku tahu kamu sudah meninggal.. Kemarin aku melihat fotomu di koran, aku sudah membaca tentang berita bunuh dirimu”, ucapku, ternyata dugaanku sebelumnya memang benar, Putri yang duduk di sampingku dan curhat padaku daritadi memang putri yang kulihat di koran, dan saat tadi aku menengok ke bawah, aku melihat kaki Putri alias Merin tidak menapak tanah, tapi tadi aku tetap berusaha tenang setenang mungkin.. Sejenak aku merinding dan ketakutan..
Putri tersenyum padaku dan berkata, “temanmu akan segera datang..”, lalu dia menghilang dalam sekejap.

Aku tersenyum, aku sangat berterima kasih pada Putri, karena dia telah mengajariku betapa pentingnya perhatian orangtua terhadap anaknya.. Jadi, jika ada anak yang merasa risih terhadap perhatian dan sikap protektif orangtuanya, maka pikirlah kembali, bahwa diluar sana atau di tempat lain masih banyak anak yang kurang beruntung, masih banyak anak yang membutuhkan perhatian dari orangtua…

Tak lama kemudian akhirnya temanku datang, ternyata ucapan Putri benar… Setelah mengisi motorku dengan bensin, aku dan temanku pun bergegas pergi ke kafe tempat diadakan nonton bareng,… Di perjalanan aku hanya bisa tersenyum, besok aku berniat menziarahi makam Putri alias Merin alias teman baruku.. (meskipun belum tahu dimana makamnya berada).

Tamat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *