Hitam.
Entah mengapa suasana kamarku kian hari kian gelap.
Beberapa tahun lalu hal ini tak terjadi pada kami.
Kejadian ini telah menimpa kami sejak setahun lalu.
Padahal aku dan ayah tak pernah melakukan hal yang (mungkin) menyebabkan kutukan ini menimpa kami.
Tiap malam, aku harus selalu terjaga dari tidurku dan berharap datangnya pagi agar aku terbebas dari semua ini.
Berbeda dengan ayah.
Ia tak bisa tenang dikala siang datang. Ia harus selalu waspada dan berharap segera tibanya malam.
Sebenarnya hubunganku dengan ayah cukup hangat.
Dan lagi, sejak setahun lalu, hubungan kami merenggang.
Aku melihat ayah seperti sudah frustasi.
Kulihat beliau tiap hari merasa ketakutan, dapat kukatakan paranoid.
Jikalau ia merasa sangat tidak aman, ia bisa mengunci diri di kamarnya seharian, bahkan bisa untuk waktu yang lebih lama.
Aku pernah berpikir jika ini terjadi usai ibu ‘pergi’.
Tapi, ibu sudah pergi sejak 2 tahun lalu.
Jika ingin membuat kami seperti ini pasti pun akan dilakukannya dari awal kepergiannya. Ibu juga sangat baik dan sayang kepada kami, jadi tidak mungkin jika ibu melakukan ini usai kepergiannya.
Malam ini, aku kembali ke tempat tidurku usai melihat keadaan ayah di ruang makan yang telah lega karena terbebas dari ‘serangan siang hari’ yang dialaminya.
Kini aku lah yang akan bersiaga.
Jam menunjukkan pukul 8.00 P.M.
Selimut dan segala perlengkapan persiagaan telah kusiapkan sebaik mungkin.
Selama ini aku berhasil mengalahkan berbagai ‘gangguan’ saat malam hari.
‘Gangguan’ itu selalu tak tetap arah dan waktunya datang.
Pernah ‘dia’ datang saat maghrib, saat tengah malam, dan terkadang saat menjelang subuh atau sepertiga malam saat ayah sholat tahajud.
Sebenarnya aku sendiri tak tahu apakah ‘dia’ yang menggangguku adalah makhluk ghaib ataukah monster.
Yang jelas suaranya sangat aneh dan ia tak pernah menampakkan wujud aslinya, hanya sekedar bayangan hitam dengan postur tubuh yang terkadang tegap dan terkadang membungkuk di kala ku mencoba menanyakan perihalnya mengusik tidurku.
Malam ini, aku akan mencoba menanyakannya lagi.
Entah apapun yang akan terjadi.
Aku sudah muak dengan segala gangguannya.
Jam sekarang menunjukkan pukul 12.00 A.M.
Tengah malam.
Sudah 4 jam aku terjaga namun belum ada tanda tanda kedatangannya.
Beberapa menit kemudian, kamarku terasa dingin.
Aku mengeluarkan sedikit tanganku sambil meraba raba sekitar meja kamar untuk mencari remote AC.
Setelah kudapatkan remote AC, aku segera menaikkan suhunya.
Namun suhu kamarku malah bertambah dingin.
Ini kedatangannya!
memberanikan diri menggulung selimutku hingga separuh tubuh, lalu sedikit terduduk untuk mencari darimana datangnya ‘si pengganggu’ itu.
Tiap sudut kamar kuperhatikan, tiap jengkal sisinya tak luput dari pandanganku.
Tapi, si pengganggu sialan itu tak muncul.
Dia hanya mengelabuiku. Memberi harapan palsu.
Aku pun kembali menutup wajah dengan selimut dan bersiaga lagi untuk kedatangannya.
Jam menunjukkan pukul 3.20 A.M.
Tanda-tanda kedua kedatangannya.
Angin diluar kamar terdengar berhembus kencang disertai debu hitam berkelebat.
Ya! Dia datang lagi!
Aku pura-pura tertidur saat ku tau dia berjalan ke arah tempat tidurku.
Saat jaraknya terlampau sangat dekat, seketika aku membuka selimutku untuk mengagetkannya-yang kenyataannya dia tak kaget sama sekali.
Justru aku yang kaget bukan kepalang.
Dia mengenakan baju hitam-yang entah apa namanya-menutupi seluruh tubuhnya terkecuali matanya.
Aku pernah melihatnya di TV dan ibu pernah mengatakan bahwa dia adalah ninja.
Aku juga melihat senjata yang biasa dibilang samurai itu nampak melekat di belakang tubuhnya.
Aku pun mencoba membuka suara untuk menanyakan perihal yang ingin kutanyakan selama ini, namun entah mengapa leherku terasa nyeri.
Dan sesaat setelah itu, aku melihat tubuhku di atas kasur penuh dengan darah.
Lalu aku melihat lantai kamarku yang juga penuh dengan darah.
Tebasan samurainya mengenai leher di atas kasur itu.
Padahal aku belum mendapat jawaban atas pertanyaanku, tapi aku sudah harus berakhir karena samurainya.
Tamat
Leave a Reply