Bus Karona julukan mobil angkutan umum di kotaku. Ciri khas mobil ini berwarna kuning dan ada juga yang berwarna oranye terang dengan lis hitam mirip mobil antar jemput anak sekolah. Di depan mobil ada dua kursi untuk sopir dan kernet. Di belakang ada enam sampai sembilan bangku penumpang. Jam operasi bus Karona tidak kenal waktu. Sebelum marak bisnis Grab atau Go Car, bus Karona menjadi primadona warga kota, khususnya penumpang yang tidak memiliki ponsel pintar. Orangtua dan paruh baya menggemari bus Karona sebab angkutan itu memiliki banyak kenangan. Sekarang, bus Karona hanya beroperasi di sekitar pasar tradisional dan alun-alun. Ada yang dekat stasiun kereta tua.
Keadaan jaman yang semakin canggih perlahan menggerus kepamoran bus Karona. Orang-orang pun memilih angkutan yang lebih aman dan moderen apalagi setelah tersiar kabar hantu bus Karona beredar di masyarakat. Kejadian pastinya tidak tahu, tapi September 2004 pernah terjadi kecelakaan parah di jembatan Ratulangi ketika dua bus Karona membawa rombongan iring-iringan pengantin ke kota sebelah. Entah sopir lalai atau mengantuk, bus di belakang melesat cepat menabrak bus di depan. Kedua bus masuk sungai dan semua penumpang meninggal dunia.
Sepekan setelah kejadian itu sampai sekarang, ada saja warga kota yang melihat hantu bus Karona. Yang mengerikan terakhir ketika Pak Sadir pulang dari luar kota lalu tanpa sadar menumpang hantu bus Karona karena tak ada pilihan lain. Ia duduk di kursi penumpang, di tengah perjalanan hidungnya mencium bau bacin. Pak Sadir curiga ada penumpang dari pasar yang membeli ikan dan lupa membawa sampai ikan-ikan itu membusuk, tapi setelah diselidiki, di mobil itu tidak ada satupun penumpang yang membawa barang. Pak Sadir tidak kenal dengan wajah orang-orang yang menuju kotanya. Ia diam di kursi belakang seorang diri.
Situasi terasa semakin aneh karena semua orang menatapnya, dingin. Perlahan Pak Sadir menyadari kalau mereka yang duduk di bangku penumpang bukanlah manusia. Pak Sadir pun menyetop mobil agar berhenti. Bus Karona terus melaju tak peduli. Pak Sadir berteriak memukul-mukul kaca jendela. Matanya lekat menatap satu persatu penumpang di dalam bus yang berubah menjadi mayat.
Mobil melintas di depan halte bus. Alih-alih berhenti bus Karona terus melaju semakin kencang. Pak Sadir kian merinding karena orang-orang yang duduk di halte bus seolah tidak melihat mobil melintas di depan mereka. Lalu, di sebuah tempat lain bus Karona berhenti. Pak Sadir melompat ke luar dan mendapati dirinya masuk ke dalam lumpur persawahan. Gelap. Jauh dari rumah penduduk.
Kejadian yang dialami Pak Sadir menyebar luas. Kabar itu membuat peminat bus Karona semakin hari terus berkurang. Meski demikian, masih ada warga yang tidak peduli dan cuek meski peringatan jangan menggunakan bus Karona di malam hari gencar diumumkan. Sebagian orang kota tidak percaya takhayul.
Mbok Aisah termasuk orang yang mengeyel. Selama puluhan tahun dia tidak pernah menjumpai hantu bus Karona. Pergi pagi pulang malam sudah biasa.
Malam itu Mbok Aisah pulang berjualan dari pasar. Jam sebelas malam tidak ada angkutan umum menuju kota. Langit semakin pekat seiring gerimis turun merintik. Mbok Aisah membawa bakul dan mencari angkutan yang mungkin lewat. Sambil berjalan dia menyangga dua bakul dan menggendong tas belanjaan. Sesekali bergumam langgem Jawa.
Sejam berjalan Mbok Aisah pegal. Sialan. Ini ojek dan angkutan tidak ada yang lewat sama sekali. Tumben.
Di dekat jembatan Ratulangi Mbok Aisah bergidik. Aroma-aroma tak sedap serta bayangan kabar kecelakaan waktu itu menyambutnya. Wajah Mbok Aisah mulai pasi. Rintik gerimis membuatnya menggigil. Kakinya lelah menapaki jalan aspal yang berlubang. Dari arah belakang sorot lampu mobil berkedip-kedip. Mbok Aisah menoleh, sempat ragu karena rumor hantu bus Karona tiba-tiba melintas di kepalanya. Kebanyakan berpikir, Mbok Aisah nekat menyetop. Yang penting bisa pulang.
Sorot lampu remang, terang, redup. Tampak mobil bus Karona datang mendekat memecah hening dan kabut tebal yang dingin. Dari kejauhan wajah sopir dan kernet sangat pucat. Bus Karona berhenti. Tidak ada penumpang. Mbok Aisah ragu. Keduanya tidak bertanya dan tidak basa-basi. Mbok Aisah awalnya terpaku, tapi entah kenapa dia naik dan duduk di bangku penumpang seorang diri. Jantungnya kembang kempis setelah melihat bus Karona yang dia tumpangi berkarat dan tampak usang. Busa kursi duduk sudah soak dan derit besi terdengar kriet kriet. Mbok Aisah pasrah. Bila dia bernasib sama seperti penumpang bus Karona lain apa boleh buat. Mungkin ini takdirnya.
Sepanjang jalan Mbok Aisah memejamkan mata. Ia berdoa ketar-ketir tidak berani melihat sekeliling. Rasa lelah membuatnya tertidur beberapa menit. Lalu tersadar dan kaget bukan main.
“Astagfirullah….!” Bus Karona melintasi kabut tebal. Sopir dan kernet tidak ada di depan tapi mobil tetap berjalan. Sorot lampu berkedip-kedip seperti kurang darah. Mbok Aisah cemas. Dia pun menangis dan menggedor-gedor jendela kaca meminta tolong kepada orang yang melintas di sebelah mobil.
“Pak tolong saya, Pak. Tolong.” Teriak Mbok Aisah menangis histeris. Dia kini percaya kalau hantu Bus Karona benar adanya. Rumor yang selama ini tak ia gubris ternyata fakta. Oh malang, Mbok Aisah naik hantu bus Karona. Wanita paruh baya itu semakin panik karena pengendara yang melewati mobil menatap Mbok Aisah aneh.
“Ya Allah, tolong selamatkan hamba-Mu, Ya Allah. Tolooooong.”
Mbok Aisah terus menggedor-gedor mobil yang berjalan sendiri. Menangis menjerit histeris lalu meraung-raung. Dia masih belum mau mati. Apalagi mati di dalam hantu bus Karona.
“Toloooongggg.”
“Mbok!” Teriak orang dari belakang.
Mbok Aisah menoleh.
Sopir dan kernet basah kuyup kedinginan di bawah gerimis mendorong mobil. Napasnya mereka ngos-ngosan. “Bisa diam gak. Mobil mogok kehabisan bensin, jangan teriak-teriak.” Sopir dan kernet menatap wajah Mbok Aisah kesal bukan main.
Tamat