Allahu Akbar.. Allahu Akbar.
Adzan subuh telah berkumandang, menjagakanku dari tidur lelapku. Cepat-cepat aku ke kamar mandi untuk mandi dan wudhu. Saat ini aku memang sedang PDKT dengan Allah ta’ala karena sebuah peristiwa yang tak akan kulupa seumur hidupku, peristiwa itu bermula dari pasar malam 2 tahun yang lalu.
“Kok sudah klemis le, mau kemana?” Tanya emakku tiba-tiba
“Yak e pasar malam mak, nyari cewek. Sukur-sukur kalau bidadari, mak” ucapku
“Hush! Jangan ngomong yang macam-macam. Pasar malam itu dekat waduk, nanti kalau nyi danyangnya ngikut kamu gimana le?” kata emakku
“Hehehe. Iya mak.. iya. Ya sudah aku pergi dulu mak, Assalamu‘alaikum” ucapku
Setelah mencium tangan emak, aku pergi ke pasar malam.
Di perjalanan aku terngiang-ngiang dengan kata-kata emak “nyai danyang”. Apa masih ada nyai danyang di era sekarang? Mak.. emak dasar orang kuno.
Pukul 19.00 aku tiba di pasar malam, di sana ada banyak sekali penjual tapi mataku hanya tertuju pada penjual gulali karena di depan standnya ada cewek manis berbaju biru yang sedang mengantri. Kupandangi si manis itu sepertinya dia jomblowati, tanpa pikir panjang aku langsung menghampirinya.
“Malam mbak, lagi ngantri gulali ya?” sapaku
“Iya mas. Ini lo ngantri dapat nomor dua bentar lagi sudah kok. Masnya ngantri juga?” Tanya si manis padaku
“Iya” jawabku sambil tersenyum
“Ini mbak gulalinya” ucap si penjual gulali sambil menyodorkan gulali yang sudah jadi. Akupun maju satu langkah untuk memesan gulali dan penjual itu langsung meladeni pesananku, hanya beberapa menit saja pesananku telah siap. Kukira si manis telah pergi meninggalkanku tapi ternyata dia malah menungguku.
“Kok masih di sini mbak? Nungguin cowoknya ya?” tanyaku
“Nggak punya cowok aku mas” jawab si manis
“Mas temanin mau nggak?” tawarku
“Mau mas” jawabnya sambil mengangguk
“Oh ya dari tadi kita belum kenalan. Nama mas Sutarno, kalau mbaknya?” tanyaku
“Namaku Sri mas” jawabnya malu-malu
Malam mingguku serasa lebih indah dari pada pasar malam karena ditemani si manis Sri hingga tak terasa sudah pukul 22.00.
“Mbak sudah pukul 22.00, aku nggak enak kalau jalan-jalan sama cewek hingga larut malam” ucapku
“Lo, masak sudah jam 22.00? Kok aku nggak kroso mas. Yow is, kita pulang yuk. Oh ya, kita tukeran nomor HP yuk” ucap Sri
Sejak pertemuan itu, hubungan kami jadi semakin dekat. Aku berulang kali ke counter untuk membeli pulsa karena aku tidak ingin Sri salah paham kalau smsnya tidak kubalas.
sri: lagi ngapain mas?
Aku: habis makan mbak
Sri: aduh.. jangan mbak dong. Sri saja
Aku: nggak enak aku. Adik aja ya?
Sri: ya mas, boleh. Eh.. ntar kita ketemuan yuk
Aku: boleh. Ketemuan dimana dik?
Sri: di taman dekat waduk ya mas. Jam 7 malam
Aku: ok
taman yang ada di dekat waduk. Taman itu sangat indah, ada banyak bunga yang tertata rapi, tempat duduk yang nyaman untuk berpacaran dan juga untaian lampu yang gemerlap.
“Wahh pemerintah di sini open juga ya” gumamku
“Kamu tepat waktu juga mas” ucap sri yang tiba-tiba mengegetkanku
“Iya dik” ucapku sambil tersenyum. Malam itu Sri tampil cantik sekali. Dia memakai long dress biru laut, rambutnya diurai dan dia selalu memakai make up tipis. Saat aku tengah tenggelam menikmati kecantikannya, tiba-tiba ada bunga kamboja yang jatuh menerpa rambutnya. Entah mengapa tanganku dengan sigap menyingkirkan bunga itu dari rambutnya. Saat tanganku menyentuh rambutnya jantungku berdegup semakin kencang hingga aku tak sanggup menahan diriku.
“Dik.. aku cinta kamu” ucapku
“iya mas, aku juga cinta sama kamu” ucapnya sambil memelukku, detak jantungku semakin tidak karuan tapi aku suka. Kamipun tenggelam dalam kasih yang baru saja terpadu.
Semenjak saat itu aku jadi sering ke taman dekat waduk untuk bertemu kekasihku, Sri.
Hari demi hari telah kami lewati bersama, tak terasa hubungan kami telah berjalan selama satu tahun. Hingga suatu ketika…
“Selamat ulang tahun mas” ucap Sri sambil menyodorkan sebuah bungkusan
“Kok diam to mas?” ucap Sri
“Iya dik. Matur suwun” ucapku. Deg, aku kaget ternyata Sri benar-benar perhatian padaku, cewek seperti inilah yang aku cari selama ini, untuk itu aku memutuskan melamarnya.
“Dik, kamu adalah cewek yang mas cari selama ini. Maukah kamu menikah dengan mas? Jadi pendamping hidup mas selamanya?” ucapku
“Iya mas. Aku mau” ucap Sri malu-malu
“Tapi mas tidak tahu rumahmu dik” ucapku
“nanti aku sms deh mas. Orangtuaku pasti akan senang jika kamu mau melamarku. Oh ya hubungan kita ini sudah aku ceritakan ke orangtuaku lo” ucap Sri
“Lo, kamu sudah cerita dik?” tanyaku kaget
“Iya mas. Oh ya nanti aku kabari lagi ya, orangtuaku siap menerima lamaranmu kapan” ucap Sri
“Mak gadis yang aku ceritakan kemarin ternyata mau jadi istriku” ucapku
“Alhamdulillah. Rumahnya dimana le?” Tanya emak
“Nanti dia sms aku, mak” jawabku enteng
“Lo.. lo.. piye to le kowe iki? La selama ini kamu kalau ngapel gimana to?” Tanya emakku lebih lanjut lagi
“Ya ketemuan di taman dekat waduk mak” ucapku enteng
Ting.. tung..
“Sebentar mak, HPku bunyi. Ini dia ngasih tahu alamatnya. Sudah ya mas aku mau ke pasar dulu” ucapku
Hari itu aku sangat bahagia karena tinggal sedikit lagi aku akan mendapatkan Sri. Cewek manis yang pas banget di hatiku. Sri.. sri.. tunggu mas ya, sebentar lagi mas akan melamarmu.
Pukul 14.00 aku telah sampai di rumah, betapa kagetnya aku sesampai di sana sudah ada pak dhe Harso dan bu lek Ngatiyem. Kucium tangan mereka seperti biasanya kita bertemu.
“Tadi emakmau ke rumah pak dhe, katanya kamu mau melamar gadis yo?” Tanya pak dhe
“Inggih pak dhe” jawabku
“Opo wis manteb le?” Tanya pak dhe
“Sampun pak dhe, malah orangtuanya nyuruh sowan hari kamis depan” jawabku
Sekarang hari kamis, tiba saatnya aku melamar Sri. Aku datang ke rumah Sri bersama emak, pak dhe, bu lek dan saudara-saudaraku yang lain. Betapa kagetnya aku saat tiba di alamat yang diberikan Sri.
“Le, kamu yakin ini rumah Sri?” Tanya pak dhe
“Yakin pak dhe. Ini lo sms nya. Monggo di waos pak dhe” ucapku sambil menyodorkan HPku
“Bener. Sini le biar pak dhe yang telepon” kata pak dhe sambil mengambil hpku. Pak dhe mencoba menghubungi tapi tidak bisa.
“le, kamu yakin ini nomornya?” Tanya pak dhe lagi
“Inggih pak dhe. Nuwun sewu kulo telpone” ucapku. Kucoba menghubungi Sri dan ternyata bisa
“Dik, mas sudah berangkat ke alamat yang kau berikan tapi kok sumur tua” ucapku bingung
“Ya sumur tua itu mas rumahku. Hahahahahahah” ucap Sri sambil tertawa seperti kuntilanak
“Gusti Allah le, kamu ini lagi kesambet setane sumur tua iki. Mbak yu.. piye mbak yu..” kata bulekku
“Duh gusti nyuwun ngapuro. Mangkane to le sholat-sholat ben ora kampiran” ucap emak
Aku hanya berdiri mematung menikmati peristiwa yang terjadi padaku. Aku bingung seperti mimpi saja. Aku berkenalan dengan seorang cewek kemudian pacaran selama 1 tahun dan ternyata cewek yang akan kulamar adalah setan penunggu sumur tua. Duh.. gusti kulo nyuwun angunge pangapuro
“Wis gek ndang sholat le” ucap emak
“Inggih mak” jawabku
Akupun segera sholat subuh karena ku tidak ingin kehilangan perlindunganNya sedikitpun. Kehadiran Sri di hidupku adalah sebuah peringatan dari Allah ta’ala supaya aku selalu sholat dan berbuat kebaikan.
Tamat
Leave a Reply