Saat itu, aku sedang pergi ke rumah nenekku.
“aku sudah tidak sabar!” aku sangat merindukan nenek. Apa yang membuatku nyaman berada disana? Jawabannya, karena disana terhampar kebun bunga yang indah dan luas. Ada bunga Mawar, Melati, karena rumah nenekku di jepang (walaupun asli indonesia sih…) ada pohon sakura juga! Uh… Indahnya!
“ayo! Sebentar lagi sampai” ucap Mayla sepupuku. “iya aku juga tahu May!” balasku. “ihhh… Kak Jhanny!”. teriakknya. “sudah-sudah kalau pesawat ini jatuh bagaimana?” tanya kak Lia, kakakku. Lalu kami berbaikkan.
“kak Ahmad! Mau es krimnya dong!” ucap Alvin saudara kembar Mayla, yang berarti, dia sepupuku juga dong!. “ini nih! “kata Ahmad, dia sepupuku juga. Dan aku punya dua sepupu lagi, tapi mereka masih bayi yaitu dede Nisa dan dede Hasyim. Aku punya dua sepupu lagi! Namanya kak Thia dan kak syammil Banyak kan sepupuku?.
Nenek mempunya 4 orang anak, tante selly, bunda Ratih, om dodo, dan tante Via. Tante selly punya anak bernama kak Thia 14 tahun dan kak syammil 13 tahun, lalu bunda Ratih ibuku mempunya 2 anak yaitu kak Lia 12 tahun dan aku 10 tahun, om Dodo mempunyai 2 eh.. 3 anak! Yaitu Ahmad 10 tahun, Mayla 7 tahun dan Alvin 7 tahun. Dan terakhir tante Via mempunyai 2 anak dede Nisa 2 tahun dan Dede Hasyim 3 bulan. Huft! Banyak banget sepupuku. Kembali lagi ke cerita…
Sesampainya di rumah nenek…
“nenek!!” aku dan semua saudara serta sepupuku (kecuali dede Hasyim dan dede Nisa) memeluk nenek. “ohh.. Cucu cucu nenek sudah besar semua ya!” ucap nenek. “ayo masuk dulu!”
Lalu kami semua mengobrol bersama nenek. Setelah itu pembagian kamar.
“untuk anak anak! Thia, Lia, Jhanny, dan Mayla! Kalian tidur di kamar tamu yang bertuliskan ‘anak perempuan’ untuk syammil, Ahmad, dan Alvin! Kalian tidur di kamar yang bertuliskan ‘anak laki laki’ mengerti?” jelas Om Dodo.
“mengerti” lalu aku merapihkan barang barangku di kamar anak perempuan.
“kak Thia! Nanti kita ke taman bunga yuk! Sama kak Lia dan Mayla.. Anak cowoknya diajak tidak?” ucapku. “oke deh! Anak cowoknya diajak juga dong! Biar rame” balasnya.
Lalu sore itu kami melepas lelah di hamparan bunga dan rumput yang halus. “sore sore begini cukup indah ya!” ucap kal Syammil. “bener tuh kak!” timpal Ahmad.
Aku menatap kebun mawar. Slsh.. Sekelebat bayangan berhasil kutangkap dengan kedua bola mataku. “apa itu?!” aku mengucek kedua mataku.
“kenapa Jhan?” tanya Ahmad. “tadi, aku lihat sekelebat bayangan di kebun mawar” ucapku. “sudah yuk! Kita ke kebun mawar” ajak Mayla. “what!?” “bener deh, aku gak bohong ayo kita selidiki!” ucap Mayla. “hmm… Oke lah” ucap kami semua kecuali Mayla.
Lalu saat menuju kebun mawar itu, aku menjelaskan tata letak bayangan itu.
“hei… Hei… Lihat! Ada kucing disini!” ucap Alvin. “bayangannya lebih besar sedikit dari tubuh kak Thia dan memakai baju pink dan celana biru sepertinya” ucapku. “dia berlari kesana!” aku menunjuk kebun bunga melati. Sungguh luas kebun bunga nenek. Sampai susah mencarinya.
“tapi… Kupelihara ya kucing imut ini?” pinta Alvin. “tanya nenek saja sana” ucap kak Lia. Kami melanjutkan pencarian. Tapi kami sadar, ini sudah hampir malam. “huft! Kita lanjutkan besok pagi yuk!” ucap Kak Thia. “iya kak” lalu kami kembali ke rumah nenek.
Malamnya…
Saat itu aku sedang makan malam. Di meja makan tersaji 2 bakul nasi hangat, chiken soup, ikan bakar, ayam penyet, jus jeruk, pancake, dan teh hangat. Hm… Lezat.
Mayla sangat rakus melahap hidangan tersebut. “Mayla! Makannya pelan pelan!” ucap kak Lia. “iya kak! Hehehe…” ucap Mayla.
Lalu setelah makan malam aku kembali ke kamar. Enaknya menginap di rumah nenek. Namun, satu yang menggangguku, yaitu bayangan misterius. Malam itu bayangan perempuan itu mengusikku terus.
“ssshhss.. Plis… Dengarkan aku! Aku adalah Layla! Kakak dari Thia” ucap bayangan itu. “hah! Kamu siapa?” tanyaku. “aku adalah bayangan misterius itu, sebenarnya, aku kakak dari Thia! Tolong percaya… Dan carikan jasadku di kebun Mawar dan kuburkan dengan layak, aku meninggal karena peluru aneh yang tiba tiba mengenai kepalaku” ucap hantu itu.
Keesokan paginya…
“Ayo kita ke kebun mawar! Aku sudah tahu siapa bayangan misterius itu!” ucapku. “Siapa?” tanya kak Syammil. “nanti kuceritakan!” ucapku. “tolong bantu carikan seorang mayat yang memakai baju pink dan celana biru ya!” ucapku.
Lalu berjam jam kemudian kami menemukan mayat kak Layla. Setelah itu aku menceritakan semuanya. Ternyata, memang benar kak Layla itu adalah kakak dari kak Thia dan kak Syammil. Dia meninggal ternyata karena peluru dari Tentara militer yang mengira kak Layla adalah Kagura yang merupakan seorang psikopat. Lalu para tentara itu tidak bertanggung jawab dan menguburkan kak Layla di kebun Mawar. Sejak saat itu, bayangan misterius tak pernah mengusikku lagi.
The end
Leave a Reply