Mendaki Gunung adalah sesuatu hal yang menakjubkan, karena dengan mendaki gunung kita bisa melihat pemandangan yang sangat indah dari puncak. Pendakian gunung merupakan olahraga dan hobi baru yang sangat disukai anak muda hingga dewasa yang menyukai tantangan. Irina adalah seorang mahasiswi universitas di yogyakarta yang suka mendaki gunung, pendakian sudah dilakukan di beberapa gunung mulai dari Gunung Andong, Sumbing, Sindoro dan Gunung Lawu.
Akhir tahun 2019 tepatnya di Bulan Desember Irina diajak oleh temannya Mei untuk mendaki gunung, pendakian dilakukan oleh 5 sekawan, yang terdiri dari Irina, Mei, Darma, Ivan, Rey. Kali ini mereka akan mendaki ke Gunung Cikuray, dari sekian pendakian Irina merasakan pendakian ini lah yang membuat dirinya memiliki pengalaman yang menegangkan, tepatnya pengalaman mistis.
Cerita akan dimulai dari sini, Hari jumat tanggal 27 Desember sekitar jam 10 malam Irina dan ke 4 rekan lainnya berkumpul di kantor untuk packing ulang perlengkapan, setelah semuanya beres jam setengah 2 malam Irina menuju pasar induk untuk mencari tumpangan. Mereka menaiki Truk pengangkut buah dan sayur, disamping murah juga ada sensasi terbaru. Perjalanan dengan ditemani udara dingin hanya bincang-bincang gelak tawa yang mampu menghangatkan. Irina dengan guyon recehnya membuat suasana menjadi meriah. Sekitar jam 8 pagi sampai di basecamp Gunung Cikuray via pemancar. Irina dan rekan lainnya istirahat, sarapan, prepare dan teruntuk cowok melakukan ritual sebelum berangkat dengan sruputan kopi dan hisapan rokok agar menambah mood untuk pendakian.
Hari semakin siang, mentari mulai menampakkan sinarnya, dingin telah berganti menjadi hangat. Sekitar pukul 11, Irina berangkat ke Pos 1 pendakian menggunakan ojek, karena jika ditempuh dengan jalan kaki akan terasa lama seperti menunggu jodoh yang masih tenggelam di dalam bumi.
Perjalanan pun dilanjutkan, setelah sampai di Pos 1 Ivan pun mengurus keperluan untuk mendaki, begitu juga dia menyiapkan bekal untuk persiapan. Ivan bagi Irina merupakan sosok yang gagah dan penuh tanggung jawab, bagi rekan-rekanya Ivan merupakan sosok kakak. Perjalanan pun dilanjutkan ke pos 2, karena masih kuat dalam perjalanan, Irina dan rekan sampai di pos 3 dan beristirahat, sembari minum agar tidak kekurangan cairan.
Tepat hari sudah menunjukkan jam 1 siang, suasana menjadi gerah dan capek, Irina pun memutuskan untuk beristirahat, namun ketika kami beristirahat tiba-tiba Mei merasa kakinya keram, Darma pun segera memberikan pijatan ringan ke Mei, untuk meringankan rasa linu. Sementara kak Ivan dan Rey mencari tongkat untuk membantu Mei berjalan. Ternyata pijatan Darma manjur, tongkat kayu pun tidak dibutuhkan karena Mei sudah siap untuk berjalan.
Singkat cerita setelah capek hilang mereka berlima pun segera lanjut ke pos 4, dengan trek yang berliku-liku seakan akan membuat gerak tubuh ini menjadi kecapekan, Kak Ivan pun membawakan tas Mei, karena Mei merasa lemas dan perutnya sakit, ternyata Mei sedang mengalami haid hari pertama. Dengan gagahnya tanpa kenal capek kak Ivan pun selalu tersenyum sembari memberikan candaan dan godaan kecil ke Mei dan Irina. “Hishh, baru juga mendaki sampai segini udah ngeluh, mamaku mah dulu waktu 17 tahun mendaki Gunung Jaya Wijaya di Papua aja gak kecapekan”. Entah apa candaan atau serius, kata-kata kak Ivan, ya masak mamanya 17 tahun sudah mendaki Jaya wijaya, emang dia udah lahir kok tau segalanya. Begitulah pikiran dalam hati Irina.
Singkat cerita mereka sampai di Pos 7, Mei pun merasa pundaknya berat yang memaksanya untuk beristirahat sebentar, istirahat berlangsung lama. Darma dan Rey pun merasa Mei adalah beban, ditengah-tengah perjalanan terjadi perdebatan seru. Akhirnya Darma dan Rey pun mendaki duluan, dan bakal menunggu di pos 7. Sementara Irina menemani Mei, hanya kak Ivan yang sabar menunggu Mei beristirahat. Irina menanyakan sesuatu yang sederahana kenapa kak Ivan tidak ikut mereka, Kak Ivan menjawab dengan penuh senyuman “Bagaimana mungkin, aku meninggalkan dua anak orang kesusahan, perempuan lagi, ya kali aku tinggalin”.
Hari tepat pukul 7 malam Kak Ivan dengan senyumnya membawa tas Mei. Mei hanya diberi tas membawa perbekalan. Irina sesekali melihat ke kanan dan kiri, karena merasa ada bunyi bunyi yang membuat bulu kuduknya merinding. Sesekali juga Irina menengok ke kak Ivan, hanya senyuman kecil yang diberikan ke kak Ivan. Irina merasa kecewa karena Darma dan Rey meninggalkan mereka bertiga. Namun Kak Ivan Dengan sabarnya menenangkan sembari mengatakan kalau mereka berdua duluan ke pos 8 untuk mendirikan tenda, agar ketika kita sudah sampai, tinggal istirahat saja.
Mei pun merasa bersalah karena membuat beban mereka, karena dia dari awal tidak mengatakan bahwa dia sedang haid hari pertama. Tiba-tiba ketika mereka bertiga mengobrol ada suara ketawa kecil perempuan, Mei pun takut dan menengok ke Irina, tapi kak Ivan tetap diam di belakang dan menyuruh Irina untuk jalan lagi, suara ketawa perempuan itu semakin jelas, bahkan suaranya mirip di film horror Indonesia, mirip mba Kunti. Serasa badan Irina tiba-tiba diam tidak bisa bergerak, bahkan lebih parah lagi tiba tiba Mei tersungkur sehingga membuatnya duduk sambil menangis kesakitan dibagian pundak. Irina pun berdoa sebisannya memohon kepada sang pencipta agar selalu dilindungi. Hal serupa dialami oleh Kak ivan, tiba-tiba muka yang selalu tersenyum ramah menjadi pucat. Bahkan ketika Irina menanyakan apa yang terjadi, dia tidak menjawab. Pandangan mata Kak Ivan ke depan, tatapannya kosong begitu juga Mei. Melakukan hal yang sama dengan kak Ivan. Tatapan Mei pun terlihat kosong, angin pun berhembus semakin cepat menebarkan hawa dingin.
Pandangan Irina menjadi kabur setelah melihat didepannya nampak seorang wanita berbaju putih namun terlihat kabur, Kak Ivan pun sontak menutup mata Irina dan Mei dengan kedua tanganya dan berkata “Ini akan baik-baik saja, jangan menunjukan wajah muram seperti itu, jelek tau”, celoteh Kak Ivan. Mereka bertiga kemudian berjalan pelan hinga sampai bertemu dengan dua persimpangan jalur. Di dalam peta dua jalur itu sama sama menunjukan ke pos 8 hanya saja, untuk jalur yang kiri agak curam, namun dekat. Sedangkam jalur yang kanan agak jauh tapi jalurnya aman aman saja. Mereka bertiga pun bingung memilih jalur yang mana, hingga tejadilah bertemu 1 sosok pendaki, berperalatan lengkap memberikan suatu petunjuk, pendaki itu menyarakan untuk melewati jalur yang ke kanan, karena kalau lewat yang kiri bahaya karena sudah malam. Kak Ivan pun menawarkan untuk berjalan bareng namun pendaki itu menolak dan memilih jalur yang kiri karena ingin merasakan sensasi baru, karena dia beralasan ini adalah pendakian ketiga dia di Cikuray, ingin merasakan sensasi baru.
Hanya kak Ivan yang merasakan aneh dari pendaki itu, ada aroma harum bunga melati ketika dia datang. Namun karena positif thinking, mereka bertiga berjalan lewat jalur kanan. Ternyata benar jalurnya tidak curam. Singkat cerita kami pun sudah sampai di pos 8, sudah ditunggu oleh Darma dan Rey yang sudah mendirikan tenda dan menyeduh Kopi. Rey pun menanyakan ke Kak Ivan, kenapa sampainya kok lama. Kak Ivan pun menjawab seperti biasa hanya tersenyum dan ketawa. Rey ternyata tau maksud senyuman dari Kak Ivan. Darma pun bingung melihat kode yang dilakukan mereka berdua. Rey pun membalas dengan ketawa juga, “Oke mas, ntar kalau sudah sampai bawah cerita aja”, celoteh Rey.
Irina pun beristirahat dengan Mei, di tenda biru, sedangkan Darma dan Rey tidur di tenda Merah, sementara Kak Ivan sibuk mencari baterai karena senternya mulai habis. Sementara di tenda biru, Irina pun bercerita kepada Mei, apa yang dia lihat, Mei pun melihat yang sama, mereka pun bingung kenapa kita digangguin, soalnya mereka merasa mereka tidak melakukan apa-apa.
Singkat cerita, Irina pun bangun disela sela tidurnya, ada bau wangi mirip yang dia cium di tengah-tengah pos 7 tadi. Karena takut Irina pun memeluk Mei dan kembali tidur. Keesokan harinya Irina pun hendak menceritakan apa yang terjadi ke mereka berempat, tapi Kak Ivan langsung melempar kerikil kecil dan mengatakan “nanti saja kalau sudah sampai dibawah”, Irina pun kaget mendengar apa yang dikatakan kak Ivan, karena melihat ekspresi mukanya yang tiba tiba agak marah, tapi masih tertutupi oleh senyumannya yang manis.
Hari semakin pagi, perjalanan pun dilanjutkan agar tidak ketinggalan Sunrise, pemandangan yang indah pun disuguhkan di puncak gunung cikuray, seakan akan tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Setelah foto foto dengan pose manja ala millenial, Irina dan rekannya beristirahat sebentar sambil menikmati sisa bekal, dan mulai berangkat untuk turun gunung. Mereka pun akhirnya turun dengan perasaan senang tanpa mengingat situasi yang mereka alami kususnya cewek-cewek. Sampai di pos 7 pun kami berlima melihat sosok pendaki yang tak asing lagi, yang memberitahukan jalan ketika Kak Ivan dan kedua cewek itu bingung memilih jalan. Pendaki itu tersenyum sembari melambaikan tangan seakan akan menyampaikan kata selamat tinggal terima kasih telah berkunjung. Kali ini Darma dan Rey juga melihat sosok pendaki itu. Darma pun menanyakan kenapa kepada Irina apa yang terjadi kenapa kalian bengong. Kali ini Irina menirukan kak Ivan, hanya tersenyum diikuti gerak nunduk.
Perjalanan pun sampai di basecamp dan dalam perjalanan pulang kelima orang itu saling tatap menatap. Kak Ivan pun menyela sembari nyemil snack, kak ivan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bahwa setelah Darma Rey berdebat dengan Mei dan Irina, saat kalian ingin meninggalkan para cewek cewek, dan mengatakan Mei itu beban. Saat itu sosok pendaki itu menunjukan wajahnya dan mengatakan sesuatu ke kak Ivan agar tidak meninggalkan Mei dan Irina, Pendaki itu juga mengatakan agar membantu mengangkat tas cariel Mei, hal ini dikarenakan Mei merasa takut dan tidak enak karena kebawa omongan Darma yang menyebut dirinya Beban. Kak Ivan pun juga heran kenapa ketika dia mengangkat tas cariel Mei, harusnya semakin berat tapi malah beban tidak bertambah, bahkan ringan.
Kak Ivan Juga mengatakan sosok mba Kunti mengikuti mereka ketika tiba di Pos 7 hingga perjalanan ke pos 8, mba kunti itu kadang menampakan diri ketika ada pendaki yang lagi datang bulan. Mba Kunti menemani kalian berjalan hingga sampai Pos 8 sambil senyum-senyum sembari duduk di pundak Mei. Bahkan Kak Ivan juga meminta untuk pergi jangan menganggu, namun mba kunti itu tidak mau, dan pada akhirnya ada sosok pendaki yang menunjukan jalan yang benar agar Kak Ivan dan kedua cewek tidak tersesat, Kak Ivan mengira pendaki yang menunjukan jalan itu sosok baik yang membantu mereka terhindar dari sosok Kunti. Bahkan ketika mau turun gunung pun sosok pendaki itu melambaikan tangan.
Setelah mendengar apa yang dikatakan Kak Ivan Darma pun meminta maaf kepada Mei karena menganggap dia Beban, mereka pun akhirnya saling memaafkan. Mereka pun akhirnya berbincang bincang lucu lagi di sepanjang perjalanan. Namun tiba-tiba, Rey berbisik ke Kak Ivan, dengan menunjuk arah sebelah kanan jalan, Rey menunjukan ada sosok pendaki yang disampingnya ada sosok mba kunti melambaikan tangan seakan akan mengisyaratkan jangan lupa datang kembali ke Cikuray, kami menunggumu. Rey pun bertanya “Mas van, apakah kedua sosok itu kah yang kalian lihat”,
“Iya mereka berdua”, jawab Kak Ivan dengan senyuman sembari makan odading yang dibelinya didekat Basecamp Cikuray.
Tamat
Leave a Reply