Perempuan Itu

Karina melangkahkan kakinya menuju meja paling pojok bagian kanan, dan menaruh tasnya di kursi tersebut. Masih untuk pagi untuk datang ke sekolah, kelasnya pun masih sepi dan hanya terdapat seorang gadis dengan tumpukan buku dihadapannya. Bahkan gerbang sekolah katanya baru dibuka 10 menit lalu oleh pak Udin. Alasannya mudah mengapa pagi pagi ia sudah datang ke sekolah. Hanya ingin menyelesaikan tugas piketnya saja.

Karina mencari sapu yang biasanya menggantung di pojok kelas. Namun mengapa tidak ada?. Ia tak memusingkan hal itu, ia langsung saja menuju gudang yang terdapat di belakang sekolah. Berjalan menuju belakang sekolah yang artinya di lantai bawah. Ia sedikit merinding, mengingat ia dapat melihat mereka yang biasanya tak dapat dilihat oleh orang biasa. Bisa dikatakan ia adalah seorang indigo, bahkan ia baru mengetahuinya saat berumur 8 tahun. Ia juga tidak terlalu menyukai kelebihannya, ia malah takut akan hal ini.

Membuka pintu gudang dengan perlahan dengan rasa was was, karena merasa hawa di sekitarnya berbeda.

Glek.
Pintu gudang terbuka, tidak dikunci. Mungkin pak Udin lupa?.

Memasuki gudang gelap dan lumayan berdebu itu ia sedikit tidak bisa bernafas dan melihat dengan baik. Meraba raba mencari saklar lampu yang entah di bagian mana, ia mengernyit ketika menemukan sebuah tangan yang menggengam tangannya. Ia memang tak terlalu hafal dengan seluk beluk dalam gudang ini, ruangan kecil dengan bermacam macam barang rusak disini memang jarang dilewati karena letaknya yang tidak strategis. Lagian siapa juga yang mau ke gudang, mungkin hanya anak anak yang mau membolos atau yang kurang kerjaan saja.

Merasa bodo amat dengan tangan yang menggengam lengannya, ia langsung meraba lagi mencari saklar lampu gudang. Mungkin rangka manusia untuk praktek saja, pikirnya.
Berfikir positif saja.

Tek.
Suara saklar lampu yang ditekan, ruangan gelap itu sekarang mulai menampakkan wujudnya. Ia masih merasa binggung karena hawa disekitarnya tambah berbeda.

Ia melirik tangan yang menggengam lengannya, dan perlahan melihat siapa yang telah menggengamnya, ia sudah tak dapat berfikir positif karena melihat tangan yang menggengamnya bukan terbuat dari plastik.

Ia terkejut dan berteriak kala menatap seorang perempuan.
“AAAA!”
Kagetnya mencoba melepaskan genggaman itu.

Perempuan dengan seragam yang sama dengannya, dan surai hitam sedang menatapnya dengan senyum yang lebih mirip dengan seringai. Wajahnya rusak banyak darah dan terlihat membusuk, ada ulat ulat juga nampak melintas di hidungnya. Bau busuk memasuki indra penciumannya, ia merasa mual mwlihat seorang perempuan di hadapannya.

Ia tak bisa berlama lama disini, dan melupakan tujuannya untuk mengambil sapu.
Ia berlari tak tentu arah, menabrak semua orang yang menghalanginya dan tak menanggapi setiap hujatan yang ia terima. Yang penting ia jauh dari gudang dan seorang perempuan asing yang menyeramkan itu.

Tamat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *