Seorang Gadis

Seorang Gadis

Ini adalah kisahku empat tahun lalu. Namaku Jerry, aku bekerja di salah satu perusahaan ternama di daerah Jakarta Selatan. Profesiku di perusahaan itu di bagian sekretaris. Pekerjaanku memang melelahkan tapi apa boleh buat, aku harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk kebutuhan orangtuaku. Terkadang aku pulang malam karena ada rapat bersama klien untuk membahas sebuah proyek.

Hari ini adalah hari Jum’at yang dimana semua pegawai lembur bekerja karena satu minggu lagi perusahaanku mengadakan proyek besar besaran.
“Ndre, kita ke kantin dulu yuk beli kopi nanti aku yang traktir.” Ucapku.
“Ayok, dari pada memikirkan pekerjaan.” Jawab Andre.

Kami pun tiba di kantin dan memesan kopi, setelah selesai minum kopi aku bergegas kembali ke ruanganku untuk menyelesaikan tugas-tugasku. Waktu menunjukkan pukul 21.30 WIB dan selesai sudah tugas tugasku.
“Akhirnya tugasku selesai juga.” Ucapku.

Aku pun bergegas pulang dari kantor, ternyata hanya aku dan tiga orang satpam yang berjaga di kantor.
“Brum…” Suara sepeda motorku.
“Pak, saya pulang dulu.” Sapaku kepada salah satu satpam.
“Iya…” Jawabnya.

Seperti biasa aku pulang selalu melewati halte yang tidak jauh dari kantorku. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis muda yang menunggu bus berhenti di halte. Aku pun menghentikan sepeda motorku dan menawarinya tumpangan, diapun hanya menganggukkan kepala saja.

Malam itu udaranya sangat dingin dan kebetulan sekali aku membawa jaket akan tetapi aku merasa kasihan kepada gadis itu.
“ini pakai saja jaketku, dari pada nanti kamu kedinginan dan masuk angin.” Ucapku.
“Iya makasih.” Jawab gadis itu.
Setelah aku bertanya-tanya ternyata nama gadis itu adalah Siska.

Tak lama kemudian aku dan Siska sampai di rumahnya.
“Selamat malam dan cepatlah pulang ke rumahmu sebelum orangtuamu mencari kesana kemari.” Ucapku.
Siska hanya diam saja dan tidak menjawab sepatah kata pun, kemudian aku juga pulang sebelum hari semakin malam dan orangtuaku pasti khawatir aku belum pulang juga.

Keesokan harinya aku baru ingat kalau jaketku masih dibawa oleh Siska. Kemudian aku bergegas pergi ke rumahnya untuk mengambil jaketku.
“tok tok tok.” Suara pintu yang aku ketuk.
“Sebentar.” Jawab sang nenek, kemudian pintupun terbuka.
“Nenek aku kesini untuk mengambil jaketku yang masih dibawa oleh anak perempuan nenek yang bernama Siska.” Tanyaku kepada nenek.
Akan tetapi nenek tersebut hanya melongo dengan wajah kebingungannya.

Kemudian aku menunjukkan foto Siska yang berada di ruang tamu. Saat aku menunjuk foto tersebut dan memberi tahu kepada nenek tersebut bahwa dia adalah gadis yang sudah aku beri tumpangan kemarin malam. Dengan suara gemetar, nenek itu memberi tahuku bahwa anaknya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu dan sudah dimakamkan di sebuah pemakaman umum yang jaraknya kurang lebih satu jam dari rumah sang nenek tersebut.

Kemudian aku berlari ke sepeda motorku dan pergi ke pemakaman. Akhirnya aku menemukan jaketku di pemakaman tersebut dan tepat berada di atas pemekaman yang bernama Siska.

Tamat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *